SOROGAN SANTRI
SOROGAN
Salah satu sistem pengajian dalam proses belajar mengajar di pesantren
salaf adalah sorogan. Salah satu ciri khas sistem pendidikan di pesantren salaf adalah pengajian sorogan.
Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa Jawa), yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya di hadapan kyai atau ustadz yang menjadi asisten kyai.
Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa Jawa), yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya di hadapan kyai atau ustadz yang menjadi asisten kyai.
Menurut Zamakhsyari Dhofier metode sorogan adalah “sistem pengajian yang disampaikan kepada murid-murid secara individual”.
Mastuhu mengartikan metode sorogan adalah “Belajar secara individual di mana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya”.
Dalam buku sejarah pendididkan Islam dijelaskan, metode sorogan adalah “metode yang santrinya cukup men-sorog-kan (mengajukan) sebuah kitab kepada kyai untuk dibacakan di hadapannya.
Menurut Dr. Manfred Ziemak metode sorogan adalah : “Pelajaran individual atau kelompok kecil dalam setudi dasar”.
Menurut Karel A. Seenbrink metode sorogan adalah : “pengajaran individual”.[6]M.H Chirzin menjelaskan metode sorogan adalah : “Santri menghadap guru seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya”.
Jadi, pengajian sistem sorogan adalah Cara penyampaian bahan pelajaran dimana kyai atau ustazd mengajar santri seorang demi seorang secara bergilir dan bergantian, santri membawa kitab sendiri-sendiri. Mula-mula kyai mebacakan kitab yang diajarkan kemudian menterjemahkan kata demi kata serta menerangkan maksudnya, setelah itu santri disuruh membaca dan mengulangi seperti apa yang tela dilakukan kyai, sehingga setiap santri menguasainya.
Kelemahan dan Kelebihan Metode Sorogan
a) Kelemahan Metode Sorogan
(1) Apabila dipandang dari segi waktu dan tenaga mengajar kurang efektif, karena membutuhkan waktu yang relatif lama, apalagi apabila santri yang mengaji berjumlah banyak.
(2) Banyak menuntut kerajinan, ketekunan, keuletan, dan kedisiplinan pribadi seorang kyai.
(3) Sistem sorogan dalam pengajaran merupakan sistem yang paling sulit dari seluruh sistem pendidikan islam.
b) Kelebihan Metode Sorogan
(1) Kemajuan individu lebih terjamin karena setiap santri dapat menyelesaikan seluruh program belajarnya sesuai dengan kemampuan individu masing-masing.
(2) Memungkinkan kecepatan belajar para santri, sehingga ada kompetisi sehat antar santri.
(3) Memungkinkan seorang guru mengawasi dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai pelajarannya.
(4) Memiliki ciri penekanan yang sangat kuat pemahaman tekstual atau literal.
SEJARAH PENGAJIAN SOROGAN
Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal di antara keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa berbagai macam keilmuan agama yang ditulis oleh penulis muslim era pertengahan dan dalam bahasa Arab klasik.
Dalam metode sorogan, murid membaca kitab kuning dan memberi makna sementara guru mendengarkan sambil memberi catatan, komentar, atau bimbingan bila diperlukan. Akan tetapi, dalam metode ini, dialog antara guru dengan murid belum atau tidak terjadi. Metode ini tepat bila diberikan kepada murid-murid seusia tingkat dasar (ibtidaiyah) dan tingkat menengah (tsanawiyah) yang segala sesuatunya masih perlu diberi atau dibekali.
Mastuhu mengartikan metode sorogan adalah “Belajar secara individual di mana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya”.
Dalam buku sejarah pendididkan Islam dijelaskan, metode sorogan adalah “metode yang santrinya cukup men-sorog-kan (mengajukan) sebuah kitab kepada kyai untuk dibacakan di hadapannya.
Menurut Dr. Manfred Ziemak metode sorogan adalah : “Pelajaran individual atau kelompok kecil dalam setudi dasar”.
Menurut Karel A. Seenbrink metode sorogan adalah : “pengajaran individual”.[6]M.H Chirzin menjelaskan metode sorogan adalah : “Santri menghadap guru seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya”.
Jadi, pengajian sistem sorogan adalah Cara penyampaian bahan pelajaran dimana kyai atau ustazd mengajar santri seorang demi seorang secara bergilir dan bergantian, santri membawa kitab sendiri-sendiri. Mula-mula kyai mebacakan kitab yang diajarkan kemudian menterjemahkan kata demi kata serta menerangkan maksudnya, setelah itu santri disuruh membaca dan mengulangi seperti apa yang tela dilakukan kyai, sehingga setiap santri menguasainya.
Kelemahan dan Kelebihan Metode Sorogan
a) Kelemahan Metode Sorogan
(1) Apabila dipandang dari segi waktu dan tenaga mengajar kurang efektif, karena membutuhkan waktu yang relatif lama, apalagi apabila santri yang mengaji berjumlah banyak.
(2) Banyak menuntut kerajinan, ketekunan, keuletan, dan kedisiplinan pribadi seorang kyai.
(3) Sistem sorogan dalam pengajaran merupakan sistem yang paling sulit dari seluruh sistem pendidikan islam.
b) Kelebihan Metode Sorogan
(1) Kemajuan individu lebih terjamin karena setiap santri dapat menyelesaikan seluruh program belajarnya sesuai dengan kemampuan individu masing-masing.
(2) Memungkinkan kecepatan belajar para santri, sehingga ada kompetisi sehat antar santri.
(3) Memungkinkan seorang guru mengawasi dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai pelajarannya.
(4) Memiliki ciri penekanan yang sangat kuat pemahaman tekstual atau literal.
SEJARAH PENGAJIAN SOROGAN
Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal di antara keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa berbagai macam keilmuan agama yang ditulis oleh penulis muslim era pertengahan dan dalam bahasa Arab klasik.
Dalam metode sorogan, murid membaca kitab kuning dan memberi makna sementara guru mendengarkan sambil memberi catatan, komentar, atau bimbingan bila diperlukan. Akan tetapi, dalam metode ini, dialog antara guru dengan murid belum atau tidak terjadi. Metode ini tepat bila diberikan kepada murid-murid seusia tingkat dasar (ibtidaiyah) dan tingkat menengah (tsanawiyah) yang segala sesuatunya masih perlu diberi atau dibekali.
Komentar
Posting Komentar